LEFKO LEFLYE

Rabu, 26 Januari 2011

Hari Gizi Nasional Masih Banyak di Temukan Anak Gizi Buruk!!!


Sebelumnya saya jelaskan dulu apa sih arti dari gizi buruk???
Ga' usah panjang lebar langsung ajah to the point. 
Gizi buruk adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan karena kekurangan asupan energi dan protein juga mikronutrien dalam jangka waktu lama. Anak disebut gizi buruk apabila berat badan dibanding umur tidak sesuai (selama 3 bulan berturut-turut tidak naik) dan tidak disertai tanda-tanda bahaya. 
pe 
Penyebab terjadinya gizi buruk secara langsung antara lain:
1. Penyapihan yang terlalu dini
2. Kurangnya sumber energi dan protein dalam makanan TBC
3. Anak yang asupan gizinya terganggu karena penyakit bawaan seperti
jantung atau metabolisme lainnya.

     Penyebab tidak langsung:
4. Daya beli keluarga rendah/ ekonomi lemah
5. Lingkungan rumah yang kurang baik
6. Pengetahuan gizi kurang
7. Perilaku kesehatan dan gizi keluarga kurang
 
Dampak gizi buruk pada anak terutama balita
 
1. Pertumbuhan badan dan perkembangan mental anak sampai dewasa
terhambat. 
2. Mudah terkena penyakit ispa, diare, dan yang lebih sering terjadi.
3. Bisa menyebabkan kematian bila tidak dirawat secara intensif.
 
 
Ada tiga tipe gizi buruk, antara lain:
 
1. Marasmus:
 
Anak sangat kurus, wajah seperti orang tua, cengeng dan rewel, rambut tipis, jarang, kusam, berubah warna, kulit keriput karena lemak di bawah kulit berkurang, iga gambang, bokong baggy pant, perut cekung, wajah bulat sembab.
 
2. Kwarsiorkor:
 
rewel, apatis, rambut tipis, warna jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit, kedua punggung kaki bengkak, bercak merah kehitaman, di tungkai atau bokong.
 
3. Gabungan dari marasmus dan kwarsiorkor 
 
Masalah gizi buruk tidak hanya berhubungan 
dengan penyakit tetapi juga berdampak pada pertumbuhan tinggi badan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 mencatat 35,7% anak Indonesia tergolong pendek akibat masalah gizi kronis.

Dengan persentase sebesar itu diperkirakan ada 7,3 juta anak Indonesia yang jadi pendek.

Banyaknya anak yang mengalami gangguan pertumbuhan tinggi badan merupakan masalah gizi kronis karena berhubungan dengan riwayat gizi pada generasi sebelumnya. Masalah gizi pada satu generasi saja tidak akan serta merta mengganggu pertumbuhan tinggi badan.

"Tinggi badan berhubungan dengan masalah gizi kronis. Jika satu generasi kurang gizi, dampaknya pada tinggi badan mungkin baru akan dirasakan generasi berikutnya," jelas Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih dalam peringatan hari Gizi Nasional di Gedung Kementerian Kesehatan, Selasa (25/1/2011).

Karena merupakan masalah kronis, Menkes mengatakan bahwa pengatasan masalah gizi buruk dan pengaruhnya terhadap tinggi badan harus dilakukan secara komprehensif atau menyeluruh. Di antaranya melalui perbaikan gizi ibu hamil atau antenatal care.

Angka gizi buruk pada balita sendiri mengalami perbaikan, dari 31% pada tahun 1990 menjadi 17,9% pada 2011. Namun menurut Menkes, angka itu belum istimewa karena berarti masih ada 3,7 juta balita yang kurang gizi. Menkes menargetkan, pada tahun 2015 angka itu bisa terus ditekan menjadi 15% saja.

Meski angka gizi buruk tinggi, di sisi lain balita dengan gizi berlebih hampir sama banyak dengan balita gizi buruk yakni 14%.
Menariknya, gizi berlebih tidak berhubungan dengan status ekonomi karena persentasenya pada keluarga termiskin adalah 13,7 persen sementara di keluarga terkaya tidak jauh berbeda, yakni 14%.

Masalah gizi lainnya yang sedang dihadapi adalah obesitas yang dialami oleh 15 persen orang dewasa berusia 15 tahun ke atas. Menurut Menkes, obesitas yang berhubungan dengan masalah metabolisme jumlahnya meningkat akibat perubahan gaya hidup dan kondisi lingkungan.


0 komentar:

Posting Komentar

ARTIKEL TERKAIT