Ingin tahu
Kisah Dibalik Suksesnya Seorang yang Buta untuk Menaklukan Gunung Everest ??
baca artikel ini selengkapnya!!
Eric Alexander bertemu dengan Erik Weihenmayer (Erik W) ketika teman sekamar Eric, Darol yang menggunakan kursi roda mengijinkan Erik W untuk menginap setelah melakukan ekspedisi ski, Kedua Eric ini akhirnya menemukan bahwa keduanya memiliki hasrat yang sama dalam pendakian dan memulai dengan mendaki gunung Vail yang ada di daerah mereka.
Dalam salah satu pendakian, Eric menerima ajakan Erik W untuk menjadi penunjuk jalan dalam ekspedisinya ke pegunungan Everest. Sebelumnya Eric sudah berprofesi sebagai pendaki. Dia juga bekerja dengan para pemain ski yang buta di sebuah resort. Pada 25 Mei 2001, Eric dan 19 anggota pendakian membuat sejarah dengan mendaki gunung Everest, gunung tertinggi di dunia pada ketinggian 29.035 kaki. Pendakian ini adalah salah satu pendakian yang paling berhasil. Bahkan Majalah Time meliput kisah mereka, karena ini adalah pertama kalinya orang buta berhasil mendaki gunung Everest.
Eric mengatakan bahwa Erik W adalah orang yang memiliki visi. Tim Everest mereka bukanlah sekelompok orang biasa. Banyak orang yang mendaki gunung Everest berakhir gagal atau tewas. Itu merupakan kerja tim. Eric telah menjadi mata bagi Erik W, dan Erik W adalah dukungan semangat bagi Eric. Eric mengatakan bahwa dia tidak akan berhasil melakukan pendakian tanpa Erik W. Dalam pendakian Everest tersebut mereka menghadapi banyak hal. Hal ini juga berkaitan dengan hubungan dalam tim. Eric mengatakan bahwa setelah pendakian, tim pendaki merasa beruntung bahwa mereka masih saling terhubung, dan hal ini tidak selalu terjadi.
Di tahun 2002, Eric dan Erik W pergi ke Rusia dan mendaki gunung Elbrus dengan ketinggian 18.500 kaki dan lagi sukses mendaki gunung Kosciusko, di Australia – dua lagi dari tujug pertemuan (tujuah titik tertinggi di tujuh benua). Apalagi mereka turun dari puncak itu dengan ski – ini membuat pertama kalinya orang buta turun dari puncak gunung dengan ski.
Salah satu ayat kunci yang di pegang Eric adalah Pengkotbah 4:9-12, “Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya! Juga kalau orang tidur berdua, mereka menjadi panas, tetapi bagaimana seorang saja dapat menjadi panas? Dan bilamana seorang dapat dialahkan, dua orang akan dapat bertahan. Tali tiga lembar tak mudah diputuskan.” Kerja tim sangat penting dalam pendakian Everest dan ayat itu menjadi nyata. Berikut adalah beberapa pelajaran kunci yang Eric pelajari dari pendakian tersebut:
Keberanian – Keberanian untuk melayani sesame. Tipe keberanian ini memaksa Anda untuk keluar dari zona nyaman dan percaya bahwa ada sesuatu yang lebih besar dari diri Anda sendiri. Anda mengorbankan diri Anda sendiri untuk kebaikan orang lain (seperti dalam militer, untuk melayani dan melindungi). Bagi Eric contoh dari hal ini adalah ketika ia memandu Erik W melewati beberapa tantangan. Pada saat itu, yang terpenting bagi Eric adalah melihat Erik W berhasil.
Percaya – Karena Erik W buta, rasa percayanya lebih besar. Di memegang kata-kata Eric dan percaya bahwa Eric melakukan yang terbaik baginya. Eric menyamakan hal itu seperti ia mempercayai Tuhan – memiliki iman dan percaya kepada-Nya. Sekalipun kita tidak bisa melihat dan jalanan terjal harus dilalui, percayalah bahwa Tuhan melakukan yang terbaik bagi kita.
Kerja tim/Kesatuan – sebuah kerja tim tidak dapat dilakukan tanpa kerjasama.
Ketekunan – sebuah contoh adalah ketika mereka berada di perkemahan ke 5, hampir mendekati puncak Gunung Everest. Pemimpin kelompok lain mencoba membuat semangat mereka melemah ketika mereka hampir tiba di puncak. Tim Eric tekun untuk menolak hal itu. Mereka terus mendaki sekalipun yang mereka lihat hanya salju sepanjang jalan. Selain itu Eric juga harus bergulat dengan rasa takutnya yang sejak lama menghantuinya (dia pernah mengalami HAPE – munculnya cairan di paru-paru karena berada di datarang yang tinggi). Tetapi, dia berhasil mengatasi ketakutannya dan berhasil mendaki hingga ketinggian 26.000 kaki tanpa bantuan oksigen.
Kepemimpinan – Eric belajar tentang memimpin diri sendiri ketika pemimpin tim Pasquale harus turun ketika mencapai perkemahan ke 4. Dia terlalu lelah dan kakinya sakit, tetapi dia mengorbankan rasa sakitnya untuk mencapai puncak untuk kebaikan orang lain dalam tim. Dan juga, Eric belajar bahwa di tim mereka ada pemimpin yang berbeda di tiap keadaan dengan gaya kepemimpinan masing-masing