Gempa dan Tsunami mengakibatkan Reaktor Nuklir Jepang Meledak. Gempa dahsyat yang disusul tsunami yang melanda kawasan timur laut Jepang, mengakibatkan satu unit reaktor nuklir listrik milik Tokyo Electric Power Co Fukushima No 1, meledak dan menyebarkan zat radioaktif 1.000 kali lipat dari normal.
Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yukio Edano meminta masyarakat untuk tetap tenang. Dia mengatakan, pemerintah sedang mengukur radiasi dari zat radioaktif tersebut. Tokyo Electric Power mengatakan, atap dari reaktor nuklir tersebut telah runtuh akibat ledakan yang terjadi pada Jumat (11/3) pukul 15.36 waktu setempat.
Ledakan ini terjadi setelah sebuah gempa susulan terjadi. Pakar nuklir Jepang mengatakan pembangkit listrik nuklir meledak setelah sistem pendinginan tidak bekerja memadai akibat hantam gempa dan tsunami kemarin. Akibat ledakan itu empat orang cedera. Dua di antaranya adalah pegawai Tokyo Electric Power. Selain itu, pemerintah telah mendeteksi radiasi telah meningkat mencapai 1.015 micro sievart. Jumlah ini setara dengan kadar yang diperkenankan bagi manusia dalam setahun.
Sabtu (12/3) pagi, dinding reaktor listrik ini hancur. Asap menyembul dari pembangkit yang berada di Fukushima, sekitar 240 kilometer utara Tokyo. Atau sekitar 60 kilometer dari Sendai, kota terparah dihantam tsunami. Prefektur Fukushima, Masato Abe mengaku tidak mengetahui penyebab runtuhnya dinding dan asap yang keluar dari pembangkit listrik tenaga nuklir itu. Dia menampik jika telah terjadi ledakan.
Ryohei Shiomoi, seorang pejabat keselamatan nuklir Jepang mengatakan, jika pembangkit listrik nuklir itu meleleh tidak akan menimbulkan dampak bagi orang di luar radius 10 kilometer. Pemerintah Jepang sendiri telah mengirimkan tim penyelamat dan mengevakuasi sekitar 3.000 penduduk di sekitar Tokyo Eletric Power Co di Fukushima.
Kabar terakhir dari Kedutaan Besar RI (KBRI) di Tokyo, Pemerintah Jepang juga sudah memperluas daerah aman dari 10 menjadi 20 kilometer dari lokasi kejadian.
"Radius daerah yang perlu diamankan melebar hingga 20 km," tulis KBRI di Tokyo melalui akun twitter, @KBRITokyo. Pemerintah Jepang juga menetapkan empat PLTN lainnya berstatus gawat darurat. Satu di antaranya berada di Daini, yang notabene merupakan PLTN pertama Jepang. Tiga lainnya berdekatan dengan kawasan Fukushima Daini.
Badan Energi Atom International (IAEA) mengatakan, sistem pendinginan reaktor nuklir itu tidak bekerja dengan baik karena mesin generator diesel terendam air akibat gelombang tsunami Jumat. Para pekerja PLTN telah berusaha mendinginkan reaktor tersebut namun tampaknya belum menunjukkan tanda tanda berhasil.
Jepang mempunyai 54 reaktor nuklir. Sebanyak 10 di antaranya telah dipadamkan pasca gempa dan tsunami mengguncang Negeri Sakura ini. Pakar nuklir Jepang memastikan potensi kebocoran zat radioaktif di Tokyo Eletric Power Co di Fukushima tersebut tak akan separah seperti kebocoran nuklir di Chernobyl, Rusia.
"Tak ada akan ada bencana Chernobyl di reaktor. Kehilangan daya dukung pendinginan berarti naiknya suhu tetapi itu juga akan menghentikan proses reaksi," ujar Naoto Sekimura, seorang profesor dari Universitas Tokyo, seperti dilansir Aljazeera, Sabtu (12/3).
Ancam Indonesia . Akibat ledakan di reaktor nuklir Fukushima, diprediksi bisa berdampak hingga ke Indonesia. Uap limbah reaktor nuklir yang meledak dapat tertiup angin hingga ribuan kilometer bahkan tiba di Indonesia.
"Tragedi Chernobyl itu radioaktifnya bisa terbawa angin hingga ke Skotlandia di kawasan Eropa Barat, kemungkinan itu bisa jadi ada (sampai ke Indonesia)," ujar Jubir Greenpeace Asia Tenggara, Hikmat Soeriatanuwijaya kepada Tribunnews.
Meski begitu, Hikmat belum dapat memastikan waktu yang ditempuh uap nuklir tersebut saat terhembus angin di udara. pihaknya mengaku baru akan melakukan penelitian tentang hal tersebut. Akan tetapi, melihat tragedi Chernobyl, efek negatif setelah tibanya uap di suatu tempat yang dirasakan bisa dalam jangka waktu yang lama yaitu sampai 30 tahun. "Dampaknya itu lama sampai 30 tahun kalau sudah kena radiasi radioaktif nuklir," ujarnya.
Hikmat menjelaskan efek jangka pendek yang bisa dirasakan atas radiasi limbah nuklir tersebut bisa berupa kematian pada saat itu juga. Sementara untuk jangka panjang adalah seperti penyakit kanker kulit.
Berkaca pada pengalaman tragedi Chernobyl, Ukraina dan di Fukushima, Jepang sudah saatnya Indonesia tidak menggunakan nuklir sebagai pembangkit tenaga listrik alternatif selain air.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar